Indonesia bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh La Nina

Indonesia bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh La Nina

Terjadinya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia pada bulan September juga telah memicu banjir di beberapa provinsi, antara lain Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sumatera Barat.

Indonesia dengan musim monsun dan kemarau rentan terhadap bencana alam, dan biasanya sekitar 75 persen bencana tersebut bersifat hidrometeorologis, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan selama periode Januari hingga 17 Oktober tahun ini, Indonesia telah mencatat 2.276 bencana alam.

Bencana hidrometeorologi tersebut terdiri dari 827 banjir, 637 puting beliung, dan 416 longsor.

Bencana tersebut mempengaruhi 4,5 juta orang, dengan 307 orang kehilangan nyawa, 25 orang hilang, dan 469 orang menderita luka-luka. Selain itu, bencana tersebut menyebabkan kerusakan ringan, sedang, hingga berat terhadap 35.176 rumah dan 1.481 fasilitas umum.

Badan tersebut juga mencatat total 321 kebakaran hutan dan lahan serta lima letusan gunung berapi selama periode waktu tertentu.

Terkait dengan bencana non alam, terutama pandemi COVID-19, hingga 23 Oktober, Indonesia telah melaporkan 381.910 kasus yang dikonfirmasi, dan 13.077 pasien COVID-19 meninggal karena penyakit menular tersebut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan fenomena alam La Nina saat ini berkembang hingga akhir tahun ini, dan dampaknya, terutama curah hujan dengan curah hujan yang tinggi, akan mencapai puncaknya pada bulan Januari dan Februari dan berangsur-angsur berakhir pada bulan Maret. April 2021.

La Nina, yang dikenal menyebabkan hujan lebat dan banjir yang meluas di seluruh negeri, diperkirakan akan meningkatkan curah hujan hampir 40 persen di seluruh negeri.

Badan tersebut memproyeksikan 27,5 persen wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal pada akhir tahun 2020 atau saat musim hujan. Wilayah tersebut antara lain Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, sebagian Bengkulu, Riau, dan sebagian Sumatera Utara dan Aceh.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mencatat, selama periode Oktober-November 2020, La Nina akan mempengaruhi hampir seluruh wilayah Indonesia.

READ  CIA telah merilis ribuan dokumen tentang UFO: bagaimana dan di mana mereka bisa dilihat? | linimasa

“Yang perlu diprioritaskan tergantung bulannya karena sangat dinamis dari waktu ke waktu. Selama periode Oktober-November ini terutama berlaku dari Jawa hingga Nusa Tenggara, Sulawesi, khususnya Kalimantan Tengah bagian selatan dan tengah. serta Kepulauan Maluku dan Papua bagian barat, termasuk Maluku Utara, “kata Karnawati.

Sebagai langkah pencegahan terhadap dampak La Nina, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti perlunya kesadaran yang lebih besar atas peningkatan curah hujan bulanan di Indonesia pada 13 Oktober 2020.

“Laporan yang saya terima dari BMKG menyebutkan, fenomena La Nina diperkirakan akan menyebabkan peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia antara 20 hingga 40 persen di atas angka normal,” kata Presiden saat memimpin rapat kabinet terbatas pada ” Antisipasi Bencana Hidrometeorologi “diselenggarakan melalui konferensi video dari Istana Merdeka di Jakarta.

Berita Terkait: Indonesia mencatat 2.276 bencana alam sejak awal Januari

La Nina merupakan kondisi anomali di daerah tropis bagian tengah dan timur dimana suhu permukaan Samudera Pasifik lebih dingin dari kondisi normal.

“Untuk itu, saya ingin kita semua mempersiapkan diri sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi,” tegasnya.

Presiden Jokowi juga mengimbau agar cermat mengukur dampak La Nina terhadap produksi di sektor pertanian, perikanan, dan transportasi.

“Karena 20 sampai 40 persen bukanlah peningkatan yang kecil, dan saya juga ingin informasi tentang perkembangan cuaca dapat dikomunikasikan dan disebarluaskan secepatnya ke semua provinsi dan wilayah, sehingga semua orang dapat mengetahui seperti apa kenaikan curah hujan bulanan di masa depan. , “kata presiden.

Badan tersebut sebelumnya menyatakan bahwa dampak La Nina mungkin tidak akan meluas ke seluruh Indonesia.

Selama periode Oktober hingga November 2020, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera. Selanjutnya, selama periode Desember-Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua.

READ  'Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC menyoroti multilateralisme'

Pada bulan Oktober, beberapa zona musiman di Indonesia diperkirakan memasuki musim hujan, antara lain pantai timur Aceh; sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka, Lampung, dan Banten; sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah; sebagian dari Jawa Timur; Kalimantan Selatan; bagian dari Kalimantan Timur; sebagian Kalimantan Utara; bagian dari Sulawesi; Maluku Utara; dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Muncul kekhawatiran bahwa peningkatan curah hujan akan mengakibatkan longsor dan banjir, sehingga semua pihak terkait dituntut untuk segera melakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko bencana guna memastikan tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan.

BNPB sebelumnya mengimbau agar seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, sebaiknya memanfaatkan data meteorologi sebagai tindakan pencegahan terhadap dampak La Nina, agar mitigasi bencana dapat dilakukan dengan hati-hati.

Saat menyampaikan pidato webinar bertema “La Nina Phenomenon. Apa yang harus dilakukan?” Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan pada 11 Oktober mengatakan, BMKG telah menyediakan berbagai data prakiraan cuaca yang dapat diakses masyarakat.

Berita Terkait: Meningkatkan kesadaran akan bencana hidrometeorologi penting: ahli

BNPB juga memiliki aplikasi InaRisk yang memetakan bencana di berbagai wilayah di Indonesia.

Pemerintah dan masyarakat dapat menggunakan data yang ada dalam merencanakan berbagai tindakan agar La Nina yang ada di depan mata tidak menimbulkan kerugian besar, baik material maupun non-material.

Bencana alam akibat La Nina dapat merusak, sehingga pihak berwenang harus memastikan ketahanan berbagai fasilitas umum. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah harus melakukan tindakan pencegahan untuk memprioritaskan ketahanan pangan, karena bencana alam, termasuk banjir, dapat mempengaruhi areal pertanian.

Untuk itu, Kementerian Sosial telah menyiapkan hampir 39 ribu relawan sebagai langkah berjaga-jaga terhadap dampak La Nina.

“Kemensos memastikan bantuan logistik selalu siap. Instruksi Presiden sudah jelas bahwa bantuan harus disalurkan jika terjadi bencana alam. Untuk itu, kami sudah menyiapkan hampir 39 ribu relawan,” kata Menteri Sosial Juliari Batubara. telah menyatakan baru-baru ini.

READ  Presiden tertarik mengembangkan Labuan Bajo sebagai kawasan wisata premium

Para relawan tetap waspada meski tidak ada bencana. Karena itu, jika terjadi bencana, pihak kementerian akan segera menginstruksikan relawan untuk menyalurkan bantuan dan melakukan kegiatan lain di wilayah terdampak.

Karena pandemi COVID-19 terus berlanjut, kementerian akan mengukur kondisi daerah yang terkena dampak untuk menentukan teknik evakuasi korban bencana, katanya.

Tenda untuk penampungan korban bencana akan didirikan sesuai dengan protokol kesehatan, termasuk membatasi jumlah pengungsi di setiap tenda, ujarnya.

Pada bulan September, Dr Indra Permanajati dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) telah mengingatkan pentingnya menyiapkan langkah-langkah mitigasi dan meningkatkan kesadaran akan bencana hidrometeorologi selama peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

“Masyarakat harus mewaspadai bencana hidrometeorologi saat musim peralihan, terutama yang tinggal di lokasi rawan bencana,” kata Permanajati di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

Koordinator bencana geologi Pusat Mitigasi Universitas Jenderal Soedirman menjelaskan, bencana hidrometeorologi adalah yang dipengaruhi oleh fluktuasi terkait air, termasuk curah hujan.

Permanajati meyakini bahwa bencana seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang dapat dipengaruhi oleh perubahan musim.

Oleh karena itu, ia menyoroti perlunya masyarakat meningkatkan kewaspadaan jika terjadi curah hujan intensitas sedang hingga tinggi dalam jangka waktu yang lama.

“Informasi kesiapsiagaan bencana dan upaya mitigasi bencana harus terus disebarluaskan kepada seluruh masyarakat,” tegasnya.

Anggota Ikatan Ahli Bencana Indonesia ini juga mengemukakan bahwa sosialisasi tentang pentingnya upaya mitigasi untuk mengurangi dampak risiko bencana harus diintensifkan untuk membangun kesadaran dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap kemungkinan bencana.

Dirusak oleh bencana alam di tengah pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung akan memberikan pukulan ganda bagi negara. Oleh karena itu, persiapan dini untuk mengurangi dampak bencana sangat penting.

Berita Terkait: Badan Meteorologi memperingatkan bencana hidrometeorologi

Berita Terkait: Peringatan bencana hidrometeorologi dikeluarkan selama musim hujan

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

SUARASUMUT.COM NIMMT AM ASSOCIATE-PROGRAMM VON AMAZON SERVICES LLC TEIL, EINEM PARTNER-WERBEPROGRAMM, DAS ENTWICKELT IST, UM DIE SITES MIT EINEM MITTEL ZU BIETEN WERBEGEBÜHREN IN UND IN VERBINDUNG MIT AMAZON.IT ZU VERDIENEN. AMAZON, DAS AMAZON-LOGO, AMAZONSUPPLY UND DAS AMAZONSUPPLY-LOGO SIND WARENZEICHEN VON AMAZON.IT, INC. ODER SEINE TOCHTERGESELLSCHAFTEN. ALS ASSOCIATE VON AMAZON VERDIENEN WIR PARTNERPROVISIONEN AUF BERECHTIGTE KÄUFE. DANKE, AMAZON, DASS SIE UNS HELFEN, UNSERE WEBSITEGEBÜHREN ZU BEZAHLEN! ALLE PRODUKTBILDER SIND EIGENTUM VON AMAZON.IT UND SEINEN VERKÄUFERN.
Suara Sumut