Kondisi ekonomi Indonesia diperkirakan akan segera membaik, karena pemerintah sedang mempersiapkan sejumlah rencana pemulihan, kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto.
Dalam diskusi virtual bertajuk “Outlook 2021: Wajah Indonesia Setelah Pandemi” (Bagaimana Indonesia Akan Menjaga Pandemi) pada hari Kamis, Airlangga mengatakan ia yakin bahwa perekonomian negara telah mulai meningkat.
“Tanda-tandanya sudah ada di sini. Itu [COVID-19] Kehadiran vaksin akan meningkatkan rasa percaya diri dan rasa aman masyarakat, yang seharusnya mendorong mereka untuk memulai kembali aktivitasnya. Ekonomi sangat erat hubungannya [people’s] mobilitas, ”tambahnya.
Bahkan, menurut Menteri, Indonesia berhasil mengendalikan dampak ekonomi pandemi lebih baik dari anggota G20 lainnya.
Indonesia mencatat penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 3,5 persen tahun-ke-tahun (yoy) pada periode Juli-September yang mengirim negara tersebut ke dalam resesi pertama sejak krisis keuangan Asia 1998. Namun kontraksi tersebut tidak separah penurunan 5,3 persen yoy yang terlihat di triwulan kedua.
Terlepas dari optimisme ekonomi, Airlangga meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah akan memprioritaskan kesehatan, dengan mengatakan telah mengalokasikan sebagian besar APBN 2021 untuk bidang kesehatan bangsa, termasuk program vaksinasi nasional.
“Pemerintah sudah mengalokasikan antara Rp 63 triliun [US$4.4 billion] dan Rp 73 triliun untuk mendukung program vaksinasi, ”ujarnya.
Dalam rangka memperbaiki keadaan ekonomi, pemerintah juga mencanangkan program perlindungan sosial untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Airlangga menjelaskan, pemerintah telah mengalokasikan Rp 48,8 triliun untuk membantu sektor usaha kecil pada 2021.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pekan lalu mengatakan pemerintah memproyeksikan kontraksi PDB antara 1,7 hingga 2,2 persen tahun ini didorong oleh menyusutnya belanja rumah tangga, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Indonesia.
Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan kementerian sebelumnya pada September, di mana pemerintah memperkirakan terjadi kontraksi ekonomi 0,6 hingga 1,7 persen.
“Kami memperkirakan pengeluaran rumah tangga menyusut sekitar 2,6 hingga 3,6 persen karena meningkatnya kasus COVID-19 pada Desember yang memicu pembatasan yang lebih ketat,” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers virtual 21 Desember.
Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia juga telah menurunkan proyeksi mereka untuk ekonomi Indonesia pada tahun 2020. Kedua lembaga tersebut memperkirakan ekonomi Indonesia akan berkontraksi sebesar 2,2 persen tahun ini, berlawanan dengan perkiraan sebelumnya dari kontraksi PDB masing-masing sebesar 1 dan 1,6 persen. .
Sri Mulyani menambahkan, pihaknya juga mengharapkan investasi yang menjadi salah satu penyumbang utama PDB Indonesia bisa berkontraksi tahun ini.
“Kami memperkirakan investasi menyusut sekitar 4,4 hingga 4,5 persen pada 2020,” katanya.
Namun, dia yakin kontraksi investasi pada kuartal IV akan meningkat menjadi sekitar 4 hingga 4,3 persen, dari negatif 6,5 persen pada kuartal III, menyusul peningkatan penjualan kendaraan niaga serta impor barang modal. (dpk)
Periode premi Anda akan kedaluwarsa dalam 0 hari
tutup x
Berlangganan untuk mendapatkan akses tak terbatas Dapatkan diskon 50% sekarang
“Rentan terhadap sikap apatis. Penggila musik yang setia. Pembuat masalah. Analis tipikal. Praktisi alkohol. Pecandu makanan. Penggemar TV yang bergairah. Pakar web.”