Sembilan warga sipil, termasuk tiga anak-anak, tewas dan banyak lainnya terluka dalam penembakan di kota Diling di negara bagian tersebut.
Serangan di Sudan menewaskan 9 orang.Foto: Anadolu
U-Muhammad Reyhansyah • 18 Disemba 2025 19:39
Dilling: Sembilan warga sipil, termasuk tiga anak-anak, tewas dan sejumlah lainnya luka-luka setelah tembakan artileri menghantam kota Dilling di Negara Bagian Kordofan Selatan, Sudan, Rabu, 17 Desember 2025. Informasi ini disebarkan oleh platform non-pemerintah Sudan.
Anadolu mengutip pernyataan yang mengatakan bahwa penembakan itu dilakukan oleh pasukan dari Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N) yang dipimpin oleh Abdelaziz al-Hilu dan bersekutu dengan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).Serangan tersebut dilaporkan menargetkan kawasan pemukiman di kota tersebut.
Platform tersebut melaporkan bahwa penembakan tersebut menyebabkan enam orang dewasa dan tiga anak-anak tewas dan banyak warga lainnya terluka.
Berdasarkan pernyataan tersebut, tentara Sudan kemudian menyerang wilayah Tital Kordofan Selatan yang disebut-sebut menjadi sumber penembakan dan berhasil menguasai wilayah tersebut.Hingga pernyataan ini, belum ada tanggapan resmi dari militer Sudan, partai SPLM-N, atau pendukung RSF.
Kota Kadugli dan Diling di Kordofan Selatan telah dikepung oleh RSF dan SPLM-N sejak bulan-bulan awal perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.Kedua kota tersebut telah berulang kali terkena serangan artileri dan drone.
Tiga negara bagian Kordofan, Kordofan Utara, Barat dan Selatan, dilanda pertempuran sengit antara tentara Sudan dan RSF dalam beberapa pekan terakhir, memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
Dari 18 negara bagian di Sudan, RSF menguasai seluruh 5 negara bagian di bagian barat wilayah Darfur, kecuali beberapa wilayah di bagian utara Darfur Utara yang masih berada di bawah kendali militer.
Sementara itu, tentara Sudan menguasai sebagian besar wilayah 13 negara lain di selatan, utara, timur dan tengah, termasuk ibu kota Khartoum.
Konflik antara tentara Sudan dan RSF yang dimulai pada April 2023 telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi dari rumah mereka, menjadikannya salah satu krisis kemanusiaan terburuk di kawasan.
