highlight
• WFP melakukan serangkaian pertemuan konsultasi dengan Kementerian Sosial, Badan Pangan Nasional, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, dan Sekretariat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sebagai bagian dari misi pelingkupan untuk mengeksplorasi Potensi implementasi Tindakan Antisipatif dalam sistem pemerintahan. Konsultasi tersebut menunjukkan perlunya membangun pendekatan tindakan antisipatif yang sinkron untuk konteks Indonesia, termasuk melalui penguatan hubungan antara berbagai sistem peringatan dini.
• WFP dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menyelenggarakan “Pertemuan Konsultasi Pakar Kedua tentang Peningkatan Fortifikasi Padi Pasca Panen untuk Gizi yang Lebih Baik di Indonesia” di Jakarta. Pertemuan yang dibangun di atas Rencana Kerja Fortifikasi Padi Bersama yang disahkan oleh Kementerian dan bertujuan untuk menginformasikan lebih lanjut pembentukan Kelompok Kerja Teknis Fortifikasi Beras. Perwakilan dari Pemerintah, akademisi, mitra pembangunan, dan pemangku kepentingan sektor swasta berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
pembaruan operasional
• WFP bersama dengan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA), International Federation of the Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), dan Risk-informed Early Action Partnerships (REAP) mengadakan pertemuan dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tentang Konsep Aksi Antisipatif di Indonesia. Kementerian Koordinator menyatakan minat untuk mendukung inisiatif ini melalui pemetaan dan analisis pemangku kepentingan.
• WFP dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional bersama-sama menyelenggarakan pertemuan tentang Peningkatan Fortifikasi Padi Pascapanen di mana para peserta mendefinisikan peran dan tanggung jawab dalam Kelompok Kerja Teknis dan menetapkan peta jalan pengembangan kebijakan dan konsep percontohan untuk peningkatan. Untuk mendukung rencana kerja yang sama, WFP mengadakan Kajian Jaminan Mutu dan Kendali Mutu Fortifikasi Beras kedua untuk menginformasikan lebih lanjut kepada pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan keterjangkauan beras fortifikasi dengan mengidentifikasi hambatan dalam produksi, rantai pasokan, dan pemasaran beras fortifikasi pascapanen. Nasi. Studi ini melibatkan penilaian kapasitas dua laboratorium dan fasilitas produksi beras yang difortifikasi serta diskusi tentang lanskap kebijakan fortifikasi beras pascapanen di Indonesia dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Badan Pangan Nasional.
“Penyelenggara. Pakar budaya pop yang sangat menawan. Penginjil perjalanan kelas atas. Pemecah masalah yang tak tersembuhkan.”