Sepasang orangutan yang terancam punah, yang diselamatkan dari penyelundup di perbatasan Thailand-Malaysia pada 2017, telah tiba di Indonesia untuk menjalani rehabilitasi sehingga akhirnya bisa dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya di hutan.
Diyakini berusia antara empat hingga enam tahun, orangutan Ung Aing dan Natalee, menghabiskan tiga tahun di Pusat Penangkaran Satwa Liar Khao Pratab Chang di provinsi Ratchaburi tengah, Thailand.
Pada hari Jumat mereka tiba di provinsi Jambi bagian barat Indonesia untuk pemeriksaan medis, yang akan mencakup penyeka Covid-19, sebelum proses rehabilitasi untuk mempersiapkan mereka untuk rumah hutan mereka.
“Kami akan melakukan pemeriksaan kesehatan dan mempelajari perilaku dan kebiasaan mereka sebelum mengirim mereka ke pusat rehabilitasi hutan di suaka Danau Alo,” kata Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat, Rahmad Saleh kepada wartawan, setelah kera besar itu didorong. keluar dalam dua kandang logam di bandara Sultan Thaha Jambi di hadapan media dan pejabat.
Rekaman video menunjukkan orangutan betina dengan penuh semangat turun dari kapal induknya menuju fasilitas penampungan sementara.
Tidak jelas berapa lama pasangan tersebut akan tinggal di cagar alam orangutan sebelum dilepaskan ke alam liar.
Orangutan diburu secara ilegal untuk dimakan, dikembangbiakkan untuk memasok perdagangan hewan peliharaan domestik dan internasional, dan untuk obat tradisional.
Penebangan dan deforestasi, termasuk pembukaan hutan untuk memberi jalan bagi tanaman komersial seperti kelapa sawit, telah mengurangi habitat spesies yang sangat terancam punah.
Diperkirakan ada 100.000 orangutan Kalimantan yang tersisa di alam liar, dan hanya sekitar 7.500 orangutan Sumatera, menurut data dari World Wildlife Fund.
Sebanyak 71 orangutan telah dikirim kembali dari Thailand ke Indonesia sejak 2006, menurut pernyataan bersama yang dirilis oleh kedua negara.
“Rentan terhadap sikap apatis. Penggila musik yang setia. Pembuat masalah. Analis tipikal. Praktisi alkohol. Pecandu makanan. Penggemar TV yang bergairah. Pakar web.”