JAMBI, Sumatra: Di lahan gambut berkanopi dataran rendah di Sumatra, para arkeolog Indonesia telah mensurvei lebih dari 100 situs yang konon berisi reruntuhan peradaban kuno.
Sejauh ini, mereka telah menemukan candi Budha dan bangunan keagamaan serta banyak artefak yang tersebar di sepanjang Sungai Batang Hari di wilayah Muaro Jambi.
Struktur dan kompleks ini – dibangun antara abad ke-7 dan ke-13 dan terhubung satu sama lain melalui sistem kanal dan jalan setapak – ditemukan dalam area seluas 39 km persegi, seukuran kota kecil.
Ilmuwan Indonesia percaya bahwa Muaro Jambi pernah menjadi peradaban yang berkembang pesat dan mungkin merupakan ibu kota Kerajaan Sriwijaya kuno, yang menguasai sebagian besar wilayah Sumatera selama enam abad.
Kawasan Muaro Jambi juga disebutkan dalam sejumlah naskah kuno sebagai tempat belajar ribuan sarjana Buddha dari berbagai belahan Asia.
Jika para ilmuwan dapat mengkonfirmasi teori ini, Muaro Jambi bisa menjadi salah satu kompleks keagamaan terbesar dan terpenting di Asia Tenggara.
“Ini adalah tempat yang sangat penting saat itu,” kata Asyhadi Mufsi Sadzali, dosen arkeologi dari Universitas Jambi.
Namun dibalik keluasan dan makna sejarahnya, belum banyak orang yang pernah mendengar – apalagi mengunjungi – kompleks percandian Muaro Jambi, termasuk masyarakat Indonesia sendiri.
Pemerintah Provinsi Jambi bertekad untuk mengubah hal ini dan menempatkan Muaro Jambi di peta sebagai salah satu titik panas pariwisata negara. Tetapi ada banyak rintangan sebelum tujuan ini tercapai.
Pertama, candi dan bangunan keagamaan di Muaro Jambi tidak memiliki detail menawan yang ditemukan di Borobudur di Jawa atau Angkor Wat di Kamboja, keduanya berfungsi sebagai magnet dan ikon wisata.
Sebaliknya, struktur yang ditemukan di Muaro Jambi berukuran lebih kecil, dibuat dari batu bata menjadi bentuk geometris yang sederhana.Ukiran batu yang rumit tidak umum ditemukan di seluruh kompleks.
Indonesia berharap status Warisan Dunia dari UNESCO akan membawa perhatian dan investasi yang sangat dibutuhkan ke daerah tersebut.
Namun, lebih dari 13 tahun setelah pemerintah pertama kali mengajukan status tersebut, Muaro Jambi masih dalam tahap pertama dari proses nominasi lima tahap tanpa roadmap yang jelas kapan akan maju ke tahap berikutnya.
TEMPAT KHUSUS
Bagi mereka yang terlibat dalam mengungkap misteri kompleks Muaro Jambi, ini merupakan proses yang lambat dan disengaja.
Dari 101 gundukan yang disurvei oleh para arkeolog, hanya 24 yang telah digali sejak kompleks tersebut pertama kali ditemukan oleh tentara Inggris pada tahun 1824. Karena keterbatasan dana, hanya delapan gundukan yang telah dipugar sepenuhnya dan kini dibuka untuk umum.
Salah satu candi yang dipugar adalah Kedaton, yang diyakini sebagai lokasi pelatihan biksu Buddha dari seluruh Asia.
“Mereka yang dilatih di sini bukanlah biksu (Buddha) biasa,” kata arkeolog Sadzali. “Ada teori bahwa tempat ini adalah tempat para guru dilatih.”
“Penyelenggara. Pakar budaya pop yang sangat menawan. Penginjil perjalanan kelas atas. Pemecah masalah yang tak tersembuhkan.”