Solo, Jawa Tengah (ANTARA) – Kontingen Indonesia berhasil menorehkan satu medali emas di boccia pada kompetisi multi cabang olahraga untuk atlet difabel ASEAN Para Games XI yang diadakan di Universitas Sebelas Maret di sini.
Medali emas diraih oleh Wening Prabawati di kelas BC4 putri, kata pelatih kepala boccia Indonesia Muhammad Bram Riyadi di sini, Rabu.
Selama pertandingan terakhir, ia berhasil mengalahkan Chalise Khiawjantra dari Thailand dengan skor 4–3, yang menempatkannya di posisi pertama dalam peringkat poin.
Tempat kedua dan ketiga masing-masing direbut oleh atlet dari Thailand dan Singapura.
Selain itu, kontingen Indonesia meraih dua medali perak: Gischa Zayana meraih medali di kelas BC2 putri dan Handayani merebut medali di kelas BC1 putri.
Suci Kirana Dewi meraih satu perunggu untuk kontingen boccia Indonesia di kelas BC3 putri, kata Riyadi.
Pada pertandingan terakhir, ia berhasil mengalahkan Jutharat Rattana dari Thailand dengan skor 6–3.
Namun, Faris Sugiarto, yang berpartisipasi di kelas BC4 putra, kehilangan medali perak dengan 0–7 dari Pornshok Larpyen dari Thailand.
Indonesia masih berpeluang meraih medali lagi hingga Rabu ini. Di kelas BC1 putra, Muhammad Afrizal Syafa masih berpeluang meraih medali perunggu minimal atau juara ketiga.
Selain itu, atlet BC4 Indonesia Sugiarto dan Fendy Kurnia Pamungkas diharapkan bisa mengantongi medali perunggu di pertandingan terakhir mereka.
Indonesia juga masih memiliki peluang emas untuk menang di ajang three-on-three BC1 dan BC2, saat akan melawan Thailand.
Secara keseluruhan, kinerja Dewan Komisaris Indonesia di tahun keempat di APG mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kata Riyadi.
Negara ini juga berhasil mencapai target mengantongi satu medali emas.
Berita Terkait: Indonesia raih tiga emas para-renang pada hari kedua APG 2022
Berita Terkait: APG: Indonesia mengantongi tujuh emas pada Hari 1
Berita Terkait: APG 2022: Indonesia raih medali emas pertama dari bulu tangkis
“Penyelenggara. Pakar budaya pop yang sangat menawan. Penginjil perjalanan kelas atas. Pemecah masalah yang tak tersembuhkan.”