Petugas risiko INA Marita Alisjahbana mengatakan Amerika Serikat International Development Finance Corporation (DFC) akan menginvestasikan $ 2 miliar dalam dana tersebut. UEA sebelumnya berjanji Investasikan $ 10 miliar dan Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional (JBIC) mengatakan akan Investasikan $ 4 miliar, total investasi adalah $ 16 miliar.
Perusahaan Indonesia seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Taspen telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam dana tersebut.
Di bulan Mei INA menandatangani perjanjian untuk peron jalan tol dengan tiga investor asing, antara lain Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) UEA, APG Asset Management (APG) Belanda dan Caisse de dépôt et Placement du Québec (CDPQ) Kanada. INA akan menginvestasikan $750 juta dan tiga lainnya masing-masing akan menyediakan $1 miliar untuk platform tersebut.
John Yeap dari Pinsent Masons, firma hukum di belakang Out-Law, mengatakan: “INA menunjukkan kemajuan yang menjanjikan dengan keterlibatan internasionalnya. Kebutuhan infrastruktur di Indonesia sangat besar dan INA memegang peran sentral dan penting. Implementasi akhirnya dari investasi ini, terutama dalam hal transparansi dan akuntabilitas, akan menjadi faktor kunci keberhasilan program.”
berbarisINA mulai mempertimbangkan investasi di beberapa proyek infrastruktur, di antaranya 24 konsesi jalan tol senilai $2,6 miliar.
INA diluncurkan pada bulan Februari. Pemerintah Indonesia membiayainya dengan modal awal $1,1 miliar dari anggaran 2020 dan menginvestasikan $5,4 miliar lagi dari anggaran 2021.
“Penyelenggara. Pakar budaya pop yang sangat menawan. Penginjil perjalanan kelas atas. Pemecah masalah yang tak tersembuhkan.”