Dua orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam demonstrasi menentang daerah otonomi baru di provinsi Papua, Indonesia, Selasa, kata polisi.
Demonstrasi damai dilakukan selama tiga jam di Kecamatan Yahukimo, Selasa siang. Namun gesekan antar warga, ditambah dengan provokasi, memecah ketentraman karena gedung-gedung dibakar di sekitar area demonstrasi. Beberapa peserta mulai bentrok dengan petugas polisi setempat.
Ada korban baik dari pihak kepolisian maupun masyarakat yang terkena dampak dari tindakan polisi yang mengakibatkan kematian tersebut, kata Juru Bicara Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal dalam keterangan tertulisnya.
Dua orang tewas akibat tembakan petugas polisi dan beberapa orang juga terluka, termasuk seorang petugas polisi.
Kamal mengatakan Rabu bahwa situasi telah dikendalikan. Dia mengatakan polisi berencana menambah personel ke lokasi demonstrasi, sebagian untuk memastikan polisi di sana mengikuti standar prosedur.
Konflik antara penduduk asli Papua dan pasukan keamanan Indonesia sering terjadi di wilayah miskin Papua, bekas jajahan Belanda di bagian barat New Guinea yang secara etnis dan budaya berbeda dari sebagian besar wilayah Indonesia.
Papua dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969 setelah pemungutan suara yang disponsori PBB yang secara luas dianggap palsu. Sejak itu, pemberontakan tingkat rendah telah membara di wilayah kaya mineral itu, yang terbagi menjadi dua provinsi, Papua dan Papua Barat.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa siswa Papua, termasuk beberapa yang belajar di provinsi lain, menjadi vokal dalam menyerukan penentuan nasib sendiri untuk wilayah mereka.
“Penyelenggara. Pakar budaya pop yang sangat menawan. Penginjil perjalanan kelas atas. Pemecah masalah yang tak tersembuhkan.”